- Perhitungan Biaya berdasarkan pesanan: Suatu sistem akuntansi yang menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak, tumpukan atau pesanan pelanggan yang spesifik.
- Karakteristik Biaya Pesanan
- Sifat proses produksi yang dilakukan terputus-putus, dan tergantung pada pesanan yang diterima.
- Spesifikasi dan bentuk produk tergantung pada pemesan.
- Pencatatan biaya produksi masing-masing pesanan dilakukan pada kartu biaya pesanan secara terperinci untuk masing-masing pesanan.
- Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah pesanan selesai.
- Biaya per-unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi yang terdiri dari: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead dibebankan dengan total unit yang dipesan.
- Akumulasi biaya pada umumnya menggunakan biaya normal.
- Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau langsung diserahkan pada pemesan.
Penentuan biaya berdasarkan pesanan mengakumulasi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik yang dibebankan ke setiap pesanan.
Dalam penentuan biaya berdasarkan pesanan ini dapat ditinjau dari tiga elemen biaya bagian yang saling berhubungan yaitu:
- Akuntansi bahan baku memelihara catatan persediaan bahan baku langsung membebankan bahan baku langsung ke pesanan dan membebankan bahan baku tak langsung ke biaya overhead pabrik.
- Akuntansi tenaga kerja langsung memelihara akun yang berhubungan dengan beban gaji dan membebankan biaya tenaga kerja langsung ke pesanan dan membebankan biaya tenaga kerja tak langsung ke biaya overhead.
- Akuntansi biaya overhead pabrik mengakumulasi biaya overhead pabrik, memelihara catatan terinci dari overhead yang telah dikeluarkan dan membebankan sebagian dari biaya overhead ke setiap pesanan.
- Manfaat Perhitungan Biaya Pesanan
Untuk penetapan harga jual dan pengendalian biaya. Umumnya calon pelanggan selalu meminta estimasi biaya telebih dahulu sebelum memesan dan seringkali mereka memesan atau memberi pekerjaan akan membandingkannya dulu dengan pesaing.
- Perhitungan Biaya Normal
Sistem akuntansi dimana bahan baku dan tenaga kerja langsung dibebankan pada obyek biaya berdasarkan biaya aktual dan biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan tarif ditentukan dimuka.
Tarif ditentukan dimuka:
Suatu Jumlah yang diperoleh dengan membagi total biaya overhead pabrik yang diestimasi untuk periode mendatang dengan total dasar alokasi biaya overhead pabrik yang diestimasi untuk periode mendatang.
atau
Estimasi BOP = Total BOP/Dasar alokasi
Tarif biaya overhead pabrik yang ditentukan dimuka "menormalkan" penerapan overhead pabrik ke pesanan, karena itu biaya produk yang dihasilkan disebut biaya normal dan metode akuntansi disebut dengan perhitungan biaya normal.
- Kartu Biaya Pesanan
Dokumen sumber untuk memasukkan biaya dalam kalkulasi biaya pesanan. Catatan ini disebut juga sebagai lembar biaya pekerjaan, arsip biaya pekerjaan atau kartu biaya pekerjaan. Dokumen ini merupakan dokumen dasar dalam perhitungan biaya pesanan dengan mengakumulasi biaya untuk setiap pesanan. Karena biaya diakumulasi setiap pekerjaan, batch atau lot maka dalam dokumen ini memperlihatkan bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung serta biaya overhead pabrik yang dibebankan untuk suatu pesanan. File kartu biaya pesanan yang belum selesai dapat berfungsi sebagai buku besar tambahan untuk persediaan produk dalam proses.
- Contoh Kartu Biaya Pesanan

- Jurnal Perhitungan Biaya Pesanan
Prosedur pencatatan pembelian bahan baku, jurnalnya:
Persediaan Bahan Baku xxx
Utang Dagang/Kas xxx
Produk Dalam Proses xxx
Bahan Baku xxx
Pengendali Overhead Pabrik xxx
Bahan Baku xxx
Beban Gaji yang harus dibayar xxx
Diperlukan pengumpulan dua macam jam kerja, yaitu:
Jam kerja total selama periode kerja tertentu.
Jam kerja yang digunakan untuk mengerjakan setiap pesanan.
Perusahaan harus menyelenggarakan kartu hadir masing-masing karyawan, untuk mengumpulkan informasi jam kerja total selama periode kerja tertentu, untuk pembuatan Daftar Upah. Disamping itu, perusahaan harus mencatat penggunaan jam kerja masing2 karyawan untuk mengerjakan pesanan. (Masing-masing karyawan dibuatkan Kartu Jam Kerja/Job Time Ticket)
Produk Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Gaji dan Upah xxx
Pengendali Overhead Pabrik xxx
Beban Gaji xxx
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
BOP dikelompokkan menjadi bbrp golongan, yi:
Biaya Bahan Penolong
Biaya reparasi dan pemeliharaan, berupa pemakaian persediaan spareparts dan persediaan supplies pabrik
Biaya tenaga kerja tak langsung
Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (contoh: biaya penyusutan aktiva tetap)
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (contoh: terpakainya asuransi dibayar di muka)
Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai (contoh: biaya reparasi mesain pabrik, biaya listrik)
BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Tarif BOP ditentukan pada awal tahun/periode dengan cara sbb:
Tarif BOP = Taksiran jumlah BOP selama 1 periode
Jumlah Dasar pembebanan*
Dasar Pembebanan BOP:
Satuan produk
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jam Tenaga Kerja Langsung
Jam Mesin
BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian pada akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif
Produk Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xxx
Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan (untuk mempertemukan BOP Dibebankan dengan BOP Sesungguhnya)
Misal: 1. Pemakaian Bahan Penolong:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Persediaan Bahan Penolong xxx
2. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Tak langsung:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Gaji dan Upah xxx
Biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan dari rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
Persediaan Produk Jadi xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Produk Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.
Persediaan Bahan Baku xxx
Utang Dagang/Kas xxx
- Prosedur pencatatan pemakaian bahan baku, menggunakan metode mutasi persediaan (perpetual). Dalam setiap pemakaian bahan baku harus diketahui pesanan mana yang memerlukannya.
Produk Dalam Proses xxx
Bahan Baku xxx
Pengendali Overhead Pabrik xxx
Bahan Baku xxx
- Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
Beban Gaji yang harus dibayar xxx
Diperlukan pengumpulan dua macam jam kerja, yaitu:
Jam kerja total selama periode kerja tertentu.
Jam kerja yang digunakan untuk mengerjakan setiap pesanan.
Perusahaan harus menyelenggarakan kartu hadir masing-masing karyawan, untuk mengumpulkan informasi jam kerja total selama periode kerja tertentu, untuk pembuatan Daftar Upah. Disamping itu, perusahaan harus mencatat penggunaan jam kerja masing2 karyawan untuk mengerjakan pesanan. (Masing-masing karyawan dibuatkan Kartu Jam Kerja/Job Time Ticket)
- Jurnal untuk pembagian upah:
Produk Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Gaji dan Upah xxx
Pengendali Overhead Pabrik xxx
Beban Gaji xxx
Pencatatan Biaya Overhead Pabrik (BOP)
BOP dikelompokkan menjadi bbrp golongan, yi:
Biaya Bahan Penolong
Biaya reparasi dan pemeliharaan, berupa pemakaian persediaan spareparts dan persediaan supplies pabrik
Biaya tenaga kerja tak langsung
Biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap (contoh: biaya penyusutan aktiva tetap)
Biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu (contoh: terpakainya asuransi dibayar di muka)
Biaya overhead pabrik lain yang secara langsung memerlukan pengeluaran tunai (contoh: biaya reparasi mesain pabrik, biaya listrik)
BOP dalam metode harga pokok pesanan harus dibebankan kepada setiap pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.
Tarif BOP ditentukan pada awal tahun/periode dengan cara sbb:
Tarif BOP = Taksiran jumlah BOP selama 1 periode
Jumlah Dasar pembebanan*
Dasar Pembebanan BOP:
Satuan produk
Biaya Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Jam Tenaga Kerja Langsung
Jam Mesin
BOP yang sesungguhnya terjadi dikumpulkan selama satu tahun yang sama, kemudian pada akhir tahun dibandingkan dengan yang dibebankan kepada produk atas dasar tarif
- Pencatatan BOP yang Dibebankan kepada produk:
Produk Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xxx
Jurnal penutupan rekening Biaya Overhead Pabrik yang Dibebankan (untuk mempertemukan BOP Dibebankan dengan BOP Sesungguhnya)
- Biaya Overhead Pabrik Dibebankan xxx
- Pencatatan BOP yang Sesungguhnya:
Misal: 1. Pemakaian Bahan Penolong:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Persediaan Bahan Penolong xxx
2. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Tak langsung:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xxx
Gaji dan Upah xxx
- Pencatatan Produk Selesai
Biaya produksi yang telah dikumpulkan dalam Kartu Harga Pokok dijumlah dan dikeluarkan dari rekening Barang Dalam Proses dengan jurnal sbb:
Persediaan Produk Jadi xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Bahan Baku xxx
Produk Dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja Langsung xxx
Barang Dalam Proses-Biaya Overhead Pabrik xxx
Harga Pokok Produk jadi dicatat dalam Kartu Persediaan (Finish Goods Ledger Card) dan Kartu Harga Pokok Pesanan tersebut dipindahkan ke dalam arsip Kartu Harga Pokok Pesanan yang telah selesai.
- Kerugian Dalam Proses Produksi
- Sisa Bahan
- Pengolahan kurang baik
- Suku cadang rusak atau cacat yang tidak bisa diretur
- Stock bahan terlalu lama
- Penghentian proyek-proyek percobaan
- Mesin-mesi pengolahan sudah tua
2. Produk Rusak
Produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu, dimana biaya yang dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual setelah produk diperbaiki. Produk rusak diketahui setelah proses produksi selesai.
3. Produk Cacat
Produk yang dihasilkan dalam proses produksi dimana produk yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu dimana biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki lebih rendah dari nilai jual setelah produk tersebut diperbaiki.